Alhamdulillah


web widgets

Salam


web widgets

>>> panda love


Selasa, 06 Agustus 2013

IMUNITAS NON SPESIFIK

IMUNITAS NON SPESIFIK


di susun kembali oleh: Mega Sirnawati MPd


Sistem imun non spesfik, sebenarnya ada dua komponen, yaitu:
proteksi fisik, mekanik dan biokimia: yaitu pertahanan terluar tubuh, seperti kulit, pH asam dari keringat dan sekret sebasea, air mata, mukus di saluran napas, HCl di lambung, empedu di duodenum, dan sebagainya.
proteksi melalui barier humoral dan seluler: contohnya Fagositosis dan Inflamasi.

Fagositosis

Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear.
Fagosit mononuklear contohnya adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag.
Fagosit polimorfonuklear contohnya adalah granulosit, yaitu netrofil, eusinofil, basofil dan cell mast (di jaringan). Supaya proses ini bisa terjadi, suatu mikroorgansime harus berjarak dekat dengan sel fagositnya.
dengan penjelasan sebagai berikut :


FAGOSIT MONONUKLEAR
Makrofag dan monosit

Proses menelan dan mencerna mikroorganisme dalam tubuh manusia diperankan oleh dua golongan sel yang disebut oleh Metchnikoff sebagai mikro- (sel polimorfonuklear) dan makrofag. Istilah retikuloendotelial untuk monosit dan makrofag telah diganti dengan sistem fagosit mononuklear karena fungsi fundamental kedua sel ini adalah fagositosis. Dalam perkembangannya sel fagosit mononuklear dan sel granulosit dipengauhi oleh hormon.

Kedua sel ini berasal dari unit sel progenitor yang membentuk granulosit dan monosit (colony forming unit-granulocyte macrophage = CFU-GM). Hormon tersebut adalah glikoprotein yang dinamakan faktor stimulasi koloni (colony stimulating factor = CSF), seperti faktor stimulasi koloni granulosit-makrofag (granulocyt macrophage colony stimulating factor = GM-CSF), faktor stimulasi koloni makrofag (macrophage colony stimulating factor = M-CSF) dan interleukin-3 (IL3) yang merangsang diferensiasi sel CFU-GM menjadi sel monoblast yang kemudian menjadi sel promonosit dan sel mieloblast menjadi sel progranulosit. Sel promonosit dapat mengadakan endositosis tetapi daya fagositnya kurang dibandingkan dengan monosit. Sel monosit lebih kecil dari prekusornya tetapi mempunyai daya fagositosis dan mikrobisidal yang kuat. Perkembangan seri mononuklear sampai berada di darah perifer memakan waktu 6 hari dan mempunyai masa paruh di sirkulasi selama 3 hari.




Terdapat 2 jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu sel darah yang datang ke tempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraselular dan memakannya (ingestion). Neutrofil (disebut juga leukosit polimorfonuklear / PMN) adalah leukosit terbanyak di dalam darah yaitu berjumlah 4.000-10.000 per mm3. Apabila terjadi infeksi, produksi neutrofil di sumsum tulang meningkat dengan cepat hingga mencapai 20.000 per mm3 darah. Produksi neutrofil distimulasi oleh sitokin yang disebut colony-stimulating factor. Sitokin ini diproduksi oleh berbagai sel sebagai respons terhadap infeksi dan bekerja pada sel stem sumsum tulang untuk menstimulasi proliferasi dan maturasi prekursor neutrofil. Neutrofil merupakan sel yang pertama berespons terhadap infeksi, terutama infeksi bakteri dan jamur. Neutrofil memakan mikroba di dalam sirkulasi, serta dapat memasuki jaringan ekstraselular di tempat infeksi dengan cepat kemudian memakan mikroba dan mati setelah beberapa jam.

Neutrofil dan monosit bermigrasi ke jaringan ekstravaskuler di tempat infeksi akibat berikatan dengan molekul adhesi endotel dan sebagai respons terhadap kemoatraktan. Jika mikroba infeksius dapat melewati epitelium dan masuk jaringan subepitel, makrofag akan mengenali mikroba dan memproduksi sitokin. Dua dari sitokin ini, yaitu tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1), bekerja pada endotel pembuluh darah kecil di tempat infeksi. TNF dan IL-1 menstimulasi endotel untuk mengekspresikan 2 molekul adhesi yang disebut E-selectin dan P-selectin.



Sel makrofag akan menjadi aktif atas pengaruh sitokin sehingga selnya lebih besar, membran plasmanya berlipat-lipat, banyak pseudopodia serta mempunyai kesanggupan membunuh mikroorganisme dan sel tumor.

Sel monosit dan makrofag berperan sebagai sel yang mempresentasikan antigen (antigen presenting cell = APC). Mikroba bakteri dan antigen protein terlarut dipecah dalam fagolisosom menjadi partikel berukuran kecil. Partikel ini kemudian akan ditampilkan di permukaan sel berikatan dengan molekul peptida MHC kelas II dan akan dikenal oleh sel Th. Peristiwa ini disebut antigen processing. Protein asing seperti virus dan antigen tumor juga akan diproses, tetapi akan bergabung dengan molekul MHC kelas I yang kemudian akan ditampilkan di permukaan sel APC dan akan dikenal oleh sel limfosit Ts.

Faktor seperti faktor CSF, IL-2, IL-3, IL-4, dan interferon akan merangsang dan memperbanyak jumlah glikoprotein MHC pada sel monosit sehingga sel ini lebih efisien untuk mempresentasikan antigen. Jadi dapat disimpulkan bahwa monosit dan makrofag penting dalam memulai dan mengatur respons imun. Fungsi lain makrofag adalah untuk menghancurkan mikroorganisme seperti Mycobacterium tuberculosis, listeria, leismania, toksoplasma dan beberapa fungi. Peranan makrofag dalam penolakan sel kanker belum jelas, mungkin sel tumor dihancurkan oleh enzim metabolit oksigen seperti hidrogen peroksidase, proteinase sitolitik, atau faktor nekrosis tumor (TNF) yang dihasilkan oleh sel makrofag. Sebagai sel perlindungan, makrofag dengan kesanggupan diapedesisnya dapat menembus endotel pembuluh darah menuju tempat invasi mikroba. Faktor kemotaktik monosit antara lain produk komplemen reaktan yang dihasilkan neutrofil, limfosit dan sel kanker. Fungsi lain adalah eliminasi sel mati dan sisa sel. Makrofag di dalam limpa akan memusnahkan eritrosit tua, sedangkan di dalam paru akan mengeliminasi debu dan asap rokok yang masuk ke paru. Aktivitas metabolik makrofag aktif akan meningkatkan sel aksi mikrobisidal dan tumorisidal.



FAGOSIT POLIMORFONUKLEAR

Sel granulosit pada manusia mempunyai tiga bentuk morfologis, yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Di antara ketiganya yang mempunyai sifat fagositik hanya neutrofil dan eosinofil. Tidak seperti makrofag, neutrofil adalah sel terakhir dari diferensiasi mieloid, jadi tidak akan terbagi lagi. Sel ini berasal dari sel asal (stem cell) di sumsum tulang dan telah mengalami pematangan bertahap mulai dari mieloblast, promielosit, metamielosit, sel batang, dan akhirnya neutrofil. Berlainan dengan monosit, karena sel ini banyak tertimbun di sumsum tulang maka bila diperlukan dapat segera masuk ke sirkulasi. Setelah 12 jam berada di sirkulasi, sel ini akan memasuki jaringan dan menetap untuk beberapa hari. Sel yang sudah berada di jaringan tidak akan kembali ke sirkulasi.

Dengan pematangan sel akan terdapat 2 jenis granula, yaitu granula azurofilik dan granula spesifik. Granula azurofilik tampak lebih padat, mempunyai diameter 0,4 μ dan mempunyai susunan lisosom sama dengan jaringan lain yang terdiri dari mieloperoksidase, beberapa lisozim, beberapa kation protein, protein arginin basa, sulfat mukopolisakarida, asam fosfat dan bermacam asam hidrolase. Granula sekunder spesifik bukanlah lisosom sejati, bentuknya lebih kecil dari 0,3 μ dan kurang padat, kaya akan fosfatase alkali, lisozim, aminopeptida, dan laktoferin. Pada tingkat pematangan menengah kedua bentuk granula tersebut sudah terlihat, dan pada tingkat lebih matang akan tampak lebih banyak granula sekunder. Kedua granula ini penting kegunaannya dalam proses penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme yang diingesti. Produksi granulosit dan peredarannya diatur oleh faktor selular dan humoral.
Neutrofil

Sel neutrofil terdapat lebih dari seperdua jumlah sel darah putih di sirkulasi dan mempunyai nukleus multilobus dengan granula sitoplasma. Granulanya mengandung bermacam enzim, seperti protein dan glikosaminoglikan yang berperan pada fungsi sel. Neutrofil sangat diperlukan untuk pertahanan tubuh sebagai fagosit dan proses pemusnahan patogen di jaringan.

Neutrofil dari sumsum tulang (berdiameter 7-7,5 μm dan dapat melewati pori-pori kecil dinding endotel (diameter l-3 μm), diperkirakan pasti terjadi deformasi sel untuk dapat melewati pori-pori. Faktor stimulasi koloni (colony stimulating factor = CSF) merangsang sel neutrofil keluar dari sumsum tulang. Faktor lain yang juga dapat mengeluarkan neutrofil dari sumsum tulang adalah tekanan hidrostatik sumsum tulang.

Jumlah neutrofil dipengaruhi oleh beberapa faktor patofisiologik seperti infeksi, stres, hormon, CSF, faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor = TNF), CSF, IL-1, IL-3. Endotoksin meningkatkan produksi neutrofil dari sumsum tulang, walaupun efeknya diperankan oleh IL-1 dan TNF dari monosit atau makrofag yang terstimulasi. Cara menghilangnya neutrofil dari sirkulasi belum diketahui dengan jelas. Tetapi perpindahan sel ini ke lokasi inflamasi akan menyebabkan neutrofil sirkulasi menghilang karena sekali ia berada di jaringan inflamasi tidak akan kembali ke sirkulasi. Pemusnahan neutrofil melalui kelenjar limfe tidak penting. Diperkirakan organ sistem retikuloendotelial seperti hati dan limpa merupakan tempat pemusnahan neutrofil tua dan neutrofil yang menjadi tua dari sirkulasi. Neutrofil yang turut dalam proses inflamasi akan dilenyapkan oleh makrofag. Pada sebagian besar proses inflamasi, makrofag akan mengikuti influks sel neutrofil dan kemudian akan memakan sel neutrofil tua, sedang pada tempat infeksi terjadi lisis neutrofil oleh aksi toksin yang dihasilkan bakteri.


Eosinofil

Eosinofil melakukan fungsinya di jaringan dan tidak akan kembali ke sirkulasi, serta akan dieliminasi melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna. Dalam proses pematangannya terjadi perubahan granula azurofilik ke bentuk granula sitoplasmik besar yang memnpunyai struktur kristaloid. Granula eosinofil tidak berisi lisozim dan fagositin seperti pada neutrofil, tetapi kaya akan asam fosfatase dan peroksidase. Terdapat eosinophilic basic protein (EBP) pada inti kristalin, dengan ukuran 11.000 Dalton yang sangat toksik untuk parasit (skistosoma) dan epitel trakea. Walaupun sel ini dapat memfagosit bermacam partikel, mikroorganisme atau kompleks antigen-antibodi terlarut, tetapi kurang efisien dibandingkan neutrofil. Sampai sekarang peran spesifik sel ini belum diketahui, kecuali ada hubungannya dengan alergi dan infeksi parasit. Selain untuk eliminasi kompleks imun, ia juga berperan dalam menghambat proses inflamasi dengan menghambat efek mediator, misahnya aril sulftase B yang dihasilkan sel eosinofil akan menginaktifkan SRS-A yang dilepaskan sel mast. Eosinofil berperan juga pada reaksi antibody mediated cytotoxity dalam memusnahkan parasit.




Proses fagositosis adalah sebagai berikut:




Neutrofil (kuning) yang sedang menelan bakteri antraks (jingga). Proses fagositosis ini dilihat dengan mikroskop elektron.(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan_turunan)





keterangan:Skema sederhana proses fagositosis. Makrofaga juga menelan partikel tak bergerak, seperti kaca atau kelereng, tetapi tidak menelan sel yang hidup. Pencerap inhibitor yang berada pada permukaan sel makrofaga akan membaca tirosina fosfatase sebagai isyarat "jangan makan aku"(sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan_turunan)




Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing ‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.
Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat ‘memikat’ sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya.
Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi).
Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.
Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.
Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

 
Inflamasi




Inflamasi merupakan respon yang terjadi untuk melindungi tubuh dari penyebab kerusakan sel, seperti mikroba atau toksin, dan konsekuensi dari kerusakan sel tersebut, seperti nekrosis sel atau jaringan. Respon inflamasi terjadi pada jaringan ikat yang mempunyai pembuluh darah, dan melibatkan pembuluh darah, plasma dan sel-sel dalam sirkulasi. Selain itu, inflamasi juga melibatkan matriks ekstra seluler di jaringan, seperti protein yang berstruktur serat (kolagen dan elastin), molekul adhesi dan proteoglikan.
Sebenarnya, agak sulit membuat definisi tersendiri untuk inflamasi ini, akan tetapi yang jelas, proses inflamasi ini adalah kumpulan dari 4 gejala sekaligus, yaitu dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas) dan tumor (bengkak). hal ini terjadi karena:
dilatasi pembuluh darah setempat, menyebabkan aliran darah meningkat, menghasilkan rubor dan calor.
peningkatan permeabilitas kapiler, menyebabkan cairan keluar dari sel dan pembuluh darah, begitu juga dengan leukosit, terutama netrofil PMN, makrofag dan monosit, sehingga menghasilkan dolor dan tumor.
Proses inflamasi adalah sebagai berikut:
Signalling. Ketika mikroba masuk ke dalam jaringan yang berada di sekitar pembuluh darah, yang pertama kali terangsang di jaringan adalah makrofag. Makrofag ini kemudian akan menegeluarkan mediator inflamasi yaitu interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF). Kedua molekul mediator ini menginduksi sel endotel pembuluh darah untuk mengekspresikan molekul adhesi yaitu selectin-E (CD62E) dan selectin-P. (sebenarnya, selain kedua jenis selectin ini, ada lagi jenis molekul adhesi yang diekspresikan endotel yaitu Immunoglobulin superfamily, seperti ICAM dan VCAM). Molekul adhesi ini akan menarik leukosit yang mengekspresikan molekul adhesinya yaitu selectin-L (CD62L) (Molekul adhesi leukosit lain bisa berupa integrin LFA-1, Mac-1, dll). Ketika leukosit lewat di sekitar endotel yang mengekspresikan selectin-E dan selectin-P ini, selectin-L di leukosit tersebut akan menimbulkan perlekatan yang lemah dengan kedua molekul tersebut, sehingga leukosit perlahan akan melekat dengan endotel.
Rolling. Setelah terjadi perlekatan lemah antara leukosit dan endotel, perlahan-lahan ikatan ini menjadi kuat dan semakin kuat. Bahkan aliran darah tidak dapat melepaskan ikatan ini. Leukosit pun akan menggelinding di sepanjang endotel pembuluh darah. Perlekatan antara leukosit dan endotel menjadi semakin kuat karena aktivasi oleh faktor kemotaktik seperti leukotrin B4,platelet activating factor dean Interleukin-8 dengan cara kerja meningkatkan afinitas molekul adhesi leukosit untuk molekul adhesi endotel.
Emigrasi. Setelah terjadi perlekatan yang lebih kuat antara leukosit dengan endotel, sel leukosit pun berhenti menggelinding. Seketika, leukosit menembus dinding endotel tersebut dengan proses diapedesis melalui celah antar sel endotel.
Kemotaksis. Ketika sel leukosit (berupa granulosit seperti netrofil dan eosinofil) telah bermigrasi ke ekstrasel dari pembuluh darah, ia akan bergerak ke arah jaringan yang diserang oleh mikroba tadi karena terangsang oleh zat chemo-attract tertentu yang dihasilkan oleh mikroba (sama seperti pengenalan sel di proses fagositosis).
Fagositosis. Ketika sel leukosit telah bertemu dengan mikroba penyebab kerusakan sel tersebut, ia akan memfagositnya. Produk dari fagositosis akan menghasilkan bermacam eksudat sehingga jaringan di sekitar area tersebut akan membengkak. Bisa juga apabila leukosit tersebut mati, ia akan berubah menjadi abses atau nanah.
Penglepasan Mediator Inflamasi. Sel leukosit yang telah bermigrasi ke jaringan akan berubah fungsi menjadi sel mast. Granul-granul di dalam sel mast segera dilepaskan ke area sekitar. Granul tersebut mengandung zat-zat mediator inflamasi (cell derived mediator), contohnya adalah histamin dan serotonin. Keduanya akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas vaskuler supaya leukosit mudah bermigrasi ke area tersebut. Selain dua contoh mediator di atas, ada lagi zat mediator inflamasi lainnya yaitu plasma derived mediator yang dihasilkan oleh komplemen. Contohnya adalah anafilatoksin yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, opsonin yang mempermudah fagositosis mikroba, kinin yang berefek vasodilatasi, dan lain-lain.
Pemulihan. Ketika semua agen mikroba telah mati, inflamasi pun berakhir perlahan. Biasanya jika inflamasi terjadi di bawah kulit, ia akan pecah keluar kulit dan menumpahkan derivat inflamasi yang ada.

proses inflamasi




Referensi:
Imunologi Dasar FKUI
Imunologi dan Infeksi oleh DR.Dr.Hj.Eryati Darwin, PA.
http://roykeburhan.blogspot.com/

www.childrenallergyclinic.wordpress.com/  
Zena W. Phagocytic cells, chemotaxis and effector function of machrophages and granulocytes. In: Stites DP, Stobo JP, Fudenberg HH, Wells JV. Basic and clinical immunology; 5th. Singapore: Lange/Maruzen, 1982; 104-18.
van Furth, R. (1992) Production and migration of monocytes and kinetics of macrophages van Furth, R. eds. Mononuclear Phagocytes ,3-12 Kluwer Academic Publishers Dordrecht.
Lekstrom-Himes, JA, Gallin JI. Immunodeficiency diseases caused by defects in phagocytes. N Engl J Med 2000; 343:1703.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan_turunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
., ., Indonesia
Golongan Darah"B",Rh+, islamic, kawin

sponsor taburan bintang

”Protected

Ciyus cousor cp gyank/ love

download

pengamanan

Protected by Copyscape Online Copyright Search

negara asal Pengunjung